Langsung ke konten utama

Kelabu di Malam Minggu


Di antara kabut kelabu yang menyelimuti hati, terdapat rindu yang mengalir dalam gelombang kesepian. Rindu itu seperti melodi yang mengalun lembut di keheningan malam, memanggil nama-nama yang terpahat dalam kenangan.


Setiap hari yang berlalu, aroma kenangan itu semakin kuat menyelinap ke dalam ruang kesendirian. Rindu itu seperti bayangan yang tak pernah lekang oleh waktu, hadir di setiap sudut gelap pikiran, menuntun langkah-langkah menuju masa lalu yang terkubur dalam kerinduan.

Bahkan dalam keramaian sekalipun, rindu itu masih tetap menggema, menari-nari di tengah keramaian namun sepi dalam hati. Kehadiran, yang kini hanya terwujud dalam ingatan, terus merindukan pelukan hangat dan senyuman yang menghangatkan.

Mungkin kelabu adalah warna yang paling cocok mewakili perasaan, warna yang terasa begitu dekat namun begitu jauh, seperti jarak yang semakin melebar dan menjadi perjalanan hidup.

Dalam perjalanan hidup terkadang ada jalan kemudahan sebagai kompas yang membimbing menuju kehidupan yang lebih bermakna dan memuaskan. Dengan menjalani kehidupan dengan kesadaran, kebaikan hati, dan rasa syukur, dapat menemukan kedamaian sejati dan kebahagiaan yang abadi.

Prakata di dalam labirin kenangan, ada satu titik terang yang selalu menghangatkan hati: rindu yang penuh cinta. Setiap detik yang berlalu membawa aroma nostalgia yang mengisi ruang kosong di dalam jiwa. Namun, di tengah kerinduan itu, ada kehangatan yang memancar seperti sinar matahari di pagi hari.

Rindu itu seperti pelukan hangat di tengah malam yang dingin, menghibur jiwa yang lesu dengan kenangan-kenangan manis. Setiap detik yang terlewati tanpa kehadiran, menjadi semacam panggilan untuk menyambut kembali dalam pelukan yang penuh kasih.

Dalam kehangatan rindu, terdapat kekuatan yang mampu mengubah kepedihan menjadi kekuatan, kesendirian menjadi kebersamaan dalam kenangan. Setiap sorotan cinta yang terukir di dalam hati, menjadi api yang tak pernah padam, membara hingga ke ujung waktu.

Rindu yang menghangatkan hidup bukanlah sekadar perasaan kosong. Dan dalam setiap detik rindu itu, belajar untuk menghargai kehadiran, memeluk lebih erat, dan mencintai lebih dalam lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Cinta Untuk Calon Suami

Assalamualaikum, calon imam. Setahun yang lalu, tepat tanggal 1 November 2022 aku membuat tulisan yang berjudul ‘Dear, Future Husband’. Di tanggal yang sama namun tahun yang berbeda aku kembali menulis surat untuk kamu, yang akan menjadi imamku kelak. Kamu masih ingat, kan? Panggilan yang akan aku sebut padamu adalah Abang. Apa kabarnya Abang di sana? Setelah setahun aku membuat tulisan itu, ternyata kita masih belum Allah takdirkan untuk bertemu sekarang. Membuat diriku penasaran sekaligus bertanya-tanya dalam hati, “ Siapa yang akan menjadi imamku kelak ?”. Rasa penasaran itu semakin membesar, sehingga aku selalu bersholawat dan berdoa untuk kamu, semoga kamu selalu dalam keadaan baik dan Allah semakin cepat mempertemukan kita. Abang, selama setahun ini banyak sekali pengalaman yang telah aku lalui sebelum bersamamu. Aku bisa menyelesaikan sarjana ke-1 di UPI. Seusai wisuda bulan Oktober, selama 2 bulan menganggur, aku merasa tekanan batin karena ada beberapa faktor yang tida

Dear, Future Husband

Assalamualaikum, calon imam. Selamat pagi dan bagaimana kabarmu? Semoga kamu selalu dengan keadaan baik di kejauhan sana. :) Allah sudah menciptakan takdir kita untuk bersama di Lauhul Mahfudz. Kita adalah rahasia yang tidak bisa ditebak. Dari sekian banyak cerita tentang cinta, bertemu denganmu adalah hal yang paling istimewa ketika dipertemukan. Kukira itu rencana terbaik dari Allah yang paling indah saat dipertemukan denganmu, wahai calon imam. Pagi hari ini aku menulis sebuah tulisan untuk kamu yang nantinya akan menjadi imamku, walaupun aku masih tidak tahu bahwa siapa kamu, bagaimana sikapmu, bagaimana pandanganmu terhadapku, dan bagaimana cara keluargamu menerimaku. Aku berharap kamu selalu menerima dan mencintai apa adanya dengan segala kekurangan yang ada pada dalam diriku. Hai, calon imam. Aku tidak mengetahui s aat ini, kegiatan apa yang sedang kamu lakukan? Dengan siapa kamu sekarang? Sedangkan aku, aku sedang duduk di meja belajar, men

sepasang sepatu yang hilang

tak pernah diduga  sepasang sepatu itu sudah menghilang terbiasa menjadi pasangan yang serasi dibawa kemanapun namun, sudah hilang ditelan oleh bumi seolah-olah raja harus ikut turut adil dalam perang mencari, namun tidak pernah ditemukan hanya sejejak kenangan yang tertinggal sebenarnya banyak pahit yang dirasa mengapa rasa manis yang selalu diingat? burung berkicau seolah bersekutu menghapus jejak bagaimana bisa jejak dihilangkan jika masih tersimpan rapih dalam benak? sepasang sepatu itu yang biasa berada di arah yang sama saat ini sudah tidak terlihat lagi layaknya hidup yang berubah seperti kita. ternyata sudah berjalan pada arah yang berbeda