Hari ini adalah salah satu dari banyak hari yang panas di Jakarta. Pagi ini, saya terbangun dengan suara klakson kendaraan yang bising dan kebisingan jalanan yang khas. Meskipun begitu, semangat saya tetap tinggi untuk menjelajahi kehidupan kota ini.
Setelah sarapan dengan nasi goreng khas buatan Mama, saya diantar oleh Bapak yang hendak bekerja ke Lebak Bulus untuk menaiki MRT. Saya ada janji dengan Kakak saya di Universitas Al-Azhar Indonesia. Ketika di MRT saya melihat pemandangan Jakarta dari atas sana.
Estetika.
Satu kata yang saya ucapkan, walaupun cuaca Jakarta panas tapi kenapa Jakarta dikemas menjadi indah sedemikian rupa.
Kemudian, saya tiba di UAI, bertemu dengan kakak. Saya lanjut naik kembali MRT menuju Bundaran HI.
Bundaran HI, sebuah ikon yang tak terhindarkan dari kota Jakarta yang sibuk, memiliki daya tarik yang tak terbantahkan bagi setiap pengunjungnya. Hari ini, saya memutuskan untuk menghabiskan waktu di sana, meresapi kehidupan kota yang berdenyut di sekitarnya.
Sesampainya di Bundaran HI, saya segera terpesona oleh kemegahan patung Welcome Monument yang menjulang tinggi di tengah-tengah bundaran. Sinar matahari memantulkan cahaya yang mengkilap dari bangunan-bangunan pencakar langit di sekitarnya, menciptakan pemandangan yang memukau.
Saat matahari mulai tenggelam di balik gedung-gedung tinggi, saya merasa beruntung bisa menghabiskan waktu di salah satu tempat paling ikonik di Jakarta ini. Pengalaman di Bundaran HI tidak hanya meninggalkan kenangan yang tak terlupakan, tetapi juga memperkuat rasa cinta saya pada kota ini yang begitu dinamis dan mengagumkan.
Meskipun Jakarta sering kali dipenuhi dengan kebisingan dan polusi, ada keindahan dan pesona tersendiri yang membuat saya terus kembali lagi dan lagi. Saya bersyukur bisa memanggil kota yang hebat ini sebagai rumah saya. Semoga esok akan membawa petualangan baru dan pengalaman yang tak terlupakan di kota Jakarta yang saya cintai setelah Bandung.
Komentar
Posting Komentar