Langsung ke konten utama

2024

Sudah lama tidak menulis. Apa kabar? Hari ini sudah menginjak pada bulan Maret. Waktu rasanya seperti menaiki kereta cepat Bandung-Jakarta yang diberi nama "Whoosh". Cepat namun tidak terasa beranjaknya.

Kemarin, di Rancaekek adanya fenomena angin puting beliung. Namun Badan Riset dan Inovasi Nasional atau disebut BRIN menyebutkan bahwa fenomena itu dikategorikan Tornado sekala kecil pertama di Indonesia. Sebuah kuasa alam yang tidak pernah disangka oleh manusia.

Memang kita sebagai manusia hanya bisa membuat target apa yang kita lakukan, namun tidak semuanya harus disetujui oleh Allah. Dialah yang Maha Mengetahui, Maha Kuasa. Skenario yang terbaik hanya milik Allah. 

Sadar diri dari kegelapan cahaya malam, saya mengingat bahwa hari sudah mulai pukul 3 pagi dan saatnya untuk bangun di sepertiga malamNya. Katanya orang yang bangun pagi akan awet muda. Tapi menurut saya, khasiat utamanya bukan itu. Melainkan, adanya bangun pagi membuat kita mendapatkan udara yang masih bersih, dan suasana yang tenang.

Berlomba-lomba menjadi pemenang bukanlah hal yang baik. Namun, berlomba menjadi orang yang rajin beribadah adalah hal yang baik. Kita tidak tahu amalan apa yang sudah kita lakukan, akan membuat kita masuk syurga.

Kalau di lagu itu katanya Syurga itu kamu, duniawi juga kamu. Tapi bagi saya, syurga adalah suatu tempat yang indah dan tentram. Semua yang diinginkan dapat dikabulkan, tidak ada larangan untuk memakan atau meminum apapun, dan berbahagia bersama keluarga. Semua manusia seumuran jika di syurga. 

Selain itu, tidak terasa jika sebentar lagi akan menyambut bulan Ramadhan. Bulan yang penuh berkah dan harus berlomba-lomba meraih pahala yang banyak di bulan ini. Walau di Indonesia memiliki perbedaan dalam menentukan tanggal awal dan akhir puasa, tetapi intinya semua melaksanakan ibadah wajib yaitu puasa ramadhan.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Cinta Untuk Calon Suami

Assalamualaikum, calon imam. Setahun yang lalu, tepat tanggal 1 November 2022 aku membuat tulisan yang berjudul ‘Dear, Future Husband’. Di tanggal yang sama namun tahun yang berbeda aku kembali menulis surat untuk kamu, yang akan menjadi imamku kelak. Kamu masih ingat, kan? Panggilan yang akan aku sebut padamu adalah Abang. Apa kabarnya Abang di sana? Setelah setahun aku membuat tulisan itu, ternyata kita masih belum Allah takdirkan untuk bertemu sekarang. Membuat diriku penasaran sekaligus bertanya-tanya dalam hati, “ Siapa yang akan menjadi imamku kelak ?”. Rasa penasaran itu semakin membesar, sehingga aku selalu bersholawat dan berdoa untuk kamu, semoga kamu selalu dalam keadaan baik dan Allah semakin cepat mempertemukan kita. Abang, selama setahun ini banyak sekali pengalaman yang telah aku lalui sebelum bersamamu. Aku bisa menyelesaikan sarjana ke-1 di UPI. Seusai wisuda bulan Oktober, selama 2 bulan menganggur, aku merasa tekanan batin karena ada beberapa faktor yang tida...

Bermuara

Di usia segini, banyak hal yang membuat berpikir lebih dalam. Masa depan terasa dekat, tetapi juga penuh dengan tanda tanya. Rasanya seperti berdiri di tepi pantai, melihat kapal yang siap berlayar, tapi masih ragu apakah benar ini waktu yang tepat untuk berangkat. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di kepala. Apakah perjalanan ini akan berjalan lancar? Apakah ada badai di tengah laut? Apakah kapal ini cukup kuat untuk menghadapi ombak? Kekhawatiran datang silih berganti, membuat langkah terasa berat. Dalam hidup, keputusan besar sering kali datang tanpa aba-aba. Kadang, ada rasa takut jika memilih jalan yang salah. Namun, tidak ada yang bisa memastikan mana yang benar dan mana yang tidak, kecuali dengan mencoba. Karena itu, sejak awal, lebih banyak menggunakan logika. Bukan berarti hati tidak berperan, tetapi jika terlalu terbawa perasaan, perjalanan bisa menjadi tidak menentu. Logika membantu melihat segala kemungkinan dengan lebih jelas dan menyiapkan rencana cadangan jika sesu...

Apakah Pendidikan Tinggi bagi Perempuan untuk Menyaingi Laki-laki?

Pendidikan adalah hak setiap individu, tanpa memandang gender, dan merupakan sarana untuk mengembangkan potensi, memperluas wawasan, serta memperoleh keterampilan yang berguna dalam kehidupan. Dengan pendidikan, perempuan dapat lebih mandiri dalam berpikir dan bertindak, serta memiliki kepercayaan diri yang lebih besar dalam menghadapi berbagai tantangan. Pendidikan tinggi bagi perempuan bukanlah sarana untuk menyaingi laki-laki, melainkan untuk memberdayakan diri dan memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat. Dalam era modern, perempuan memiliki hak yang sama untuk mengembangkan potensi intelektualnya, menggali ilmu pengetahuan, serta meningkatkan kualitas hidupnya. Pendidikan bukan hanya tentang mendapatkan gelar, tetapi juga tentang memperluas wawasan, membangun karakter, dan meningkatkan kemampuan dalam berbagai aspek kehidupan. Perempuan yang berpendidikan tinggi memiliki kesempatan lebih besar untuk mengambil keputusan yang bijak dalam kehidupan pribadi, keluarga, ...