Langsung ke konten utama

Wacana Kepolosan Anak

                                    (Gambar dari Google)

Wacana kepolosan anak seringkali menjadi sumber pembicaraan dalam kehidupan masyarakat. Anak adalah penjelajah dunia yang penuh rasa ingin tahu, tanpa beban akan batasan dan prasangka yang sering dihadapi sebagai orang dewasa.

Kepolosan anak termanifestasi dalam berbagai cara. Anak melihat dunia dengan mata yang masih belum tercemar oleh kecemasan atau ketidakpastian. Segala sesuatu menjadi objek penasaran, terlepas dari ukuran atau warnanya. Layaknya sebuah bunga yang mekar, tetesan hujan yang menari di jendela, atau bahkan bara lilin yang menyala menjadi sumber kekaguman dan kegembiraan.

Tidak hanya dalam cara anak melihat dunia, tetapi juga dalam cara anak berinteraksi dengan orang lain. Anak cenderung tulus dalam ekspresi perasaan mereka. Anak tidak terbebani oleh rasa malu atau ego, dan dengan itu akan menghadirkan kejujuran yang menyegarkan dalam hubungan sosial. Sebuah senyuman tulus atau pelukan hangat dari seorang anak dapat membawa kehangatan yang tak tergantikan dalam kehidupan.

Namun, dalam dunia yang semakin kompleks ini, kepolosan anak sering kali dihadapkan pada tantangan. Anak mungkin sering kali mengalami ketidakadilan, kebingungan, atau bahkan kekerasan, yang dapat merusak kepercayaan dan kepolosannya. Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai orang dewasa untuk melindungi dan merawat kepolosan mereka dengan penuh kasih sayang dan pengertian.

Kepolosan anak bukanlah hanya sekadar wacana yang indah, tetapi sebuah realitas yang membawa kehidupan. Kita dapat belajar banyak dari kepolosan mereka, seperti ketulusan, kejujuran, dan kemampuan untuk melihat keindahan dalam hal-hal sederhana. 

Sebuah renungan dan kembali menghargai kepolosan anak, karena di dalamnya terdapat keajaiban yang tak ternilai harganya dalam kehidupan ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Cinta Untuk Calon Suami

Assalamualaikum, calon imam. Setahun yang lalu, tepat tanggal 1 November 2022 aku membuat tulisan yang berjudul ‘Dear, Future Husband’. Di tanggal yang sama namun tahun yang berbeda aku kembali menulis surat untuk kamu, yang akan menjadi imamku kelak. Kamu masih ingat, kan? Panggilan yang akan aku sebut padamu adalah Abang. Apa kabarnya Abang di sana? Setelah setahun aku membuat tulisan itu, ternyata kita masih belum Allah takdirkan untuk bertemu sekarang. Membuat diriku penasaran sekaligus bertanya-tanya dalam hati, “ Siapa yang akan menjadi imamku kelak ?”. Rasa penasaran itu semakin membesar, sehingga aku selalu bersholawat dan berdoa untuk kamu, semoga kamu selalu dalam keadaan baik dan Allah semakin cepat mempertemukan kita. Abang, selama setahun ini banyak sekali pengalaman yang telah aku lalui sebelum bersamamu. Aku bisa menyelesaikan sarjana ke-1 di UPI. Seusai wisuda bulan Oktober, selama 2 bulan menganggur, aku merasa tekanan batin karena ada beberapa faktor yang tida

Dear, Future Husband

Assalamualaikum, calon imam. Selamat pagi dan bagaimana kabarmu? Semoga kamu selalu dengan keadaan baik di kejauhan sana. :) Allah sudah menciptakan takdir kita untuk bersama di Lauhul Mahfudz. Kita adalah rahasia yang tidak bisa ditebak. Dari sekian banyak cerita tentang cinta, bertemu denganmu adalah hal yang paling istimewa ketika dipertemukan. Kukira itu rencana terbaik dari Allah yang paling indah saat dipertemukan denganmu, wahai calon imam. Pagi hari ini aku menulis sebuah tulisan untuk kamu yang nantinya akan menjadi imamku, walaupun aku masih tidak tahu bahwa siapa kamu, bagaimana sikapmu, bagaimana pandanganmu terhadapku, dan bagaimana cara keluargamu menerimaku. Aku berharap kamu selalu menerima dan mencintai apa adanya dengan segala kekurangan yang ada pada dalam diriku. Hai, calon imam. Aku tidak mengetahui s aat ini, kegiatan apa yang sedang kamu lakukan? Dengan siapa kamu sekarang? Sedangkan aku, aku sedang duduk di meja belajar, men

sepasang sepatu yang hilang

tak pernah diduga  sepasang sepatu itu sudah menghilang terbiasa menjadi pasangan yang serasi dibawa kemanapun namun, sudah hilang ditelan oleh bumi seolah-olah raja harus ikut turut adil dalam perang mencari, namun tidak pernah ditemukan hanya sejejak kenangan yang tertinggal sebenarnya banyak pahit yang dirasa mengapa rasa manis yang selalu diingat? burung berkicau seolah bersekutu menghapus jejak bagaimana bisa jejak dihilangkan jika masih tersimpan rapih dalam benak? sepasang sepatu itu yang biasa berada di arah yang sama saat ini sudah tidak terlihat lagi layaknya hidup yang berubah seperti kita. ternyata sudah berjalan pada arah yang berbeda