Di kehidupan sehari-hari terkadang banyak anak usia dini yang penasaran tentang pengetahuan seks. Beberapa anak usia dini ada yang bertanya tentang “Mengapa kepunyaanku berbeda dengan kepunyaan kakak?” “Bagaimana Ibu bisa hamil?”. Tetapi karena orang tua merasa itu bukanlah hal yang pantas diketahui oleh anak, orangtua akan menjawab seadanya tanpa bisa dipahami anak atau bahkan ada orang tua yang menjawab “Tidak boleh tahu sekarang.” Kebanyakkan orang tua merasa tidak nyaman ketika mendengar perkataan “sex education” atau pendidikan seks. Terutama pendidikan seks yang diajarkan untuk anak usia dini. Hal ini diawali dari pengertian yang salah pengertian tentang makna dari pendidikan seks itu sendiri. Orang tua maupun guru terkadang merasa tidak nyaman atau menganggap tabu ketika harus menjelaskan tentang hal-hal terkait dengan pendidikan seks. Oleh karena itu banyak anak yang tidak mau bertanya tentang pengetahuan seks kepada orang tuanya dan anak mengetahui pendidikan seks tanpa adanya pengawasan dari orang tua atau pihak yang mengerti.
Pendidikan
seks untuk anak usia dini merupakan topik yang cukup hangat dan sering kali
menjadi subjek perdebatan di kalangan orang tua, pendidik, dan ahli kesehatan.
Pendapat mengenai pentingnya pendidikan seks untuk anak usia dini bervariasi
tergantung pada budaya, nilai-nilai keluarga, dan pandangan pribadi. Topik ini menurut
pandangan beberapa orang tua dan komunitas mengatakan bahwa anak usia dini
belum cukup matang untuk menerima pendidikan seks. Selain itu, orang tua merasa
canggung dan malu untuk mengajarkan pendidikan seks sejak dini. Mereka khawatir
bahwa memberikan informasi ini terlalu dini sehingga dapat merusak kepolosan
yang ada dalam diri anak dan merusak masa anak-anak yang harus dilindungi.
Sebenarnya,
adanya pendidikan seks untuk anak usia dini dapat membantu anak-anak untuk menjaga
dirinya dari kejahatan orang dewasa yang jahat dan membantu anak
mengidentifikasi perilaku yang tidak pantas dan memberi anak alat untuk
melaporkannya kepada orang dewasa yang dapat dipercaya. Pendidikan seks dapat
membantu membentuk nilai-nilai positif tentang hubungan dan seksualitas yang
dapat membantu anak-anak membuat keputusan yang bijak dalam kehidupannya.
Pendidikan
seks untuk anak usia dini adalah upaya untuk membantu anak memahami identitas
jenis kelaminnya, cara menjaga diri sendiri, serta pentingnya menjaga
kebersihan dan kesehatan organ reproduksinya. Tujuan pendidikan seks untuk anak
usia dini adalah mengembangkan sikap emosional positif terhadap isu-isu seksual
serta membimbing anak-anak menuju kedewasaan yang sehat dan bertanggung jawab
dalam kehidupan seksual mereka ketika dewasa. Tujuan ini bertujuan untuk
mencegah anak-anak melihat seksualitas sebagai sesuatu yang tabu atau kotor. Mengenalkan
pendidikan seks kepada anak-anak pada usia dini adalah suatu kewajiban yang
harus dilakukan oleh orang tua dan pendidik. Salah satu hal penting karena
kekhawatiran terkait meningkatnya kasus kekerasan seksual yang dialami oleh
anak-anak serta perilaku menyimpang yang dapat mengubah identitas anak yang
seharusnya.
Bagaimana cara mengajarkan pendidikan seks untuk anak
usia dini?
Anak
akan mengetahui pendidikan seks sejak mereka bertanya tentang hal ini. Saya pernah
mendengarkan penjelasan dari salah satu dosen saya jika anaknya diajarkan
pendidikan seks ketika berusia 3 tahun, karena saat itu anaknya mulai bertanya.
Ketika anak sudah mulai bertanya, maka sebagai orang tua atau ibu, buat suasana
di mana anak merasa nyaman berbicara tentang tubuh mereka, pertanyaan seksual,
atau perasaan mereka. Dengarkan dengan penuh perhatian, dan berikan jawaban
yang sesuai dengan tingkat usia mereka.
Perlu
kita ingatkan kembali bahwa seks
berarti jenis kelamin atau organ kelamin, yaitu memiliki arti sebagai sifat
atau ciri yang membedakan laki-laki dan perempuan. Pada dasarnya manusia yang
ada di bumi terdiri dari dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Jenis
kelamin laki-laki adalah penis, dan jenis kelamin perempuan adalah vagina.
Pendidikan
seks untuk anak dapat dimulai dengan mengenalkan konsep tentang jenis kelamin
yang merupakan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, tanpa fokus
pada aspek hubungan seksual. Anak-anak
perlu diajarkan tentang persamaan dan perbedaan antara pribadi seorang anak
laki-laki dan perempuan. Selanjutnya, pendidikan akan difokuskan pada
pemahaman tentang proses reproduksi makhluk hidup dan mengajarkan anak-anak
cara menjaga kebersihan alat kelamin mereka dengan benar setelah melakukan
aktivitas buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB).
Strategi
untuk mengenalkan konsep seksualitas kepada anak sebagai orang tua adalah
dengan memiliki keberanian dan keyakinan. Saat yang paling sesuai untuk
melakukannya adalah selama proses mandi anak. Penting untuk mengajarkan anak
untuk menggunakan istilah yang tepat ketika merujuk kepada organ kelamin
mereka, seperti menyebutnya sebagai vagina atau penis, bukan menggunakan
istilah yang ambigu seperti "apem" atau "burung". Hal ini
dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman anak bahwa organ kelamin adalah
seperti nama makanan atau hewan, yang dapat mengakibatkan pemahaman yang salah
bahwa organ tersebut tidak penting atau hanya sebagai mainan. Jika pemahaman
yang benar tidak diberikan dengan segera ketika mereka bertambah usia,
anak-anak bisa saja menggunakan istilah yang salah dalam percakapan dengan
teman-teman sebaya mereka. Oleh karena itu, harus memberikan penjelasan yang
akurat, santun, dan bijak kepada anak-anak mengenai topik ini.
Pada
rentang usia 3-5 tahun, penting untuk mengajarkan anak bahwa seluruh tubuh
mereka, termasuk organ kelamin, adalah kepemilikan pribadi yang harus dijaga
dengan baik, tidak ada yang boleh menyentuh selain dirinya. Sementara itu, pada
anak usia 6-8 tahun, pendidikan harus lebih difokuskan pada apa yang harus
dilakukan untuk melindungi diri mereka sendiri. Mereka harus diberitahu bahwa
tidak ada yang diperbolehkan untuk menyentuh bagian-bagian tertentu dalam tubuh
mereka yang dianggap sebagai larangan (Mustika, 2020).
Penting
untuk memberikan pendidikan seks kepada anak-anak sejak dini dengan memahami
tingkat usia dan kebutuhan perkembangan mereka. Pada usia 3-5 tahun, fokusnya
adalah mengajarkan anak tentang pemahaman privasi dan menjaga tubuh mereka.
Sementara itu, pada usia 6-8 tahun, pendidikan harus lebih terarah pada upaya
melindungi diri dari tindakan yang tidak pantas. Dengan pendekatan yang bijak
dan sensitif, anak dapat memahami hak-hak privasi mereka dan pentingnya menjaga
tubuh mereka dengan benar.
Komentar
Posting Komentar