Keputusan untuk menikah adalah keputusan pribadi dan umur bukan menjadi tolak ukur sebagai perempuan untuk menikah. Tidak ada satu waktu yang tepat yang berlaku untuk semua perempuan, karena setiap individu memiliki keputusan yang berbeda.
Seringkali dalam budaya kita, terutama di lingkungan kampung, pertanyaan tentang kapan kamu akan menikah adalah pertanyaan yang umum diajukan oleh keluarga, teman-teman, atau tetangga. Padahal, kan, kalau Allah belum mendekatkan kepada jodohnya mau bagaimana lagi?
Saya pernah mendengar sebuah podcast di Spotify, bahwa perempuan memiliki pilihan hidup yang beragam, termasuk menikah, tidak menikah, hidup sendiri, atau menjalin hubungan tanpa pernikahan. Semua pilihan ini harus dihormati.
Menikah bagi seorang perempuan adalah suatu kesiapan yang harus dikuatkan dan teguhkan dalam hati seorang perempuan. Menikah itu bukan hanya punya teman makan, teman cerita atau teman tidur. Menikah memerlukan finansial, dan perempuan harus memastikan bahwa kita sebagai perempuan memiliki dukungan yang memadai sebelum memasuki pernikahan. Perempuan bukan makhluk yang matre, tetapi realita hidupnya kalau berkaitan uang adalah hal wajib yang harus dipikirkan dalam pernikahan. Dengan adanya uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, perawatan, dan kebahagiaan. Perlu diingatkan bahwa cinta saja tidak cukup dalam menjalani kehidupan seimbang. Memangnya mau makan dengan cinta saja?
Kegalauan perempuan adalah menemukan lelaki yang tepat serta pantas menjadi partner hidup dan cinta setaranya. Zaman sekarang ini sedang musim membahas cinta setara. Cinta setara menciptakan hubungan yang seimbang dan saling menghormati. Sebagai pasangan tidak hanya saling mendukung dalam kebahagiaan, tetapi juga dalam saat-saat kesulitan dan kelemahan. Pasangan akan menghadapi tantangan bersama sebagai tim. Kerja sama adalah kunci. Pasangan bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama, merencanakan masa depan, dan menyelesaikan masalah yang muncul dalam hubungan.
Bagi saya, dalam tulisan ini kapan waktu yang tepat untuk menikah? Jawabannya adalah sebuah kesiapan yang perlu dipikirkan secara matang. Kenapa? Karena harus mempersiapkan kalau nantinya kita akan membagi waktu dengan orang lain (partner or husband or other), mengurusi suami, bekerja, mengurus rumah, dan memiliki anak juga adalah sebuah kesiapan sebagai perempuan, di fase memiliki anak kita harus mengandung, melahirkan dan mendidik anak agar menjadi anak yang soleh dan solehah.
For your information, saya pernah berdiskusi dengan perempuan lainnya kalau ada sebagian perempuan (tidak semua) yang takut bentuk badannya berubah ketika mengandung dan melahirkan, sehingga menjadi sebuah reason mengapa menikah itu harus sudah siap. Bagi saya itu tidak masalah, mungkin nanti bisa berolahraga atau yang lainnya agar bisa membentuk badan kembali seperti semula.
The reason about this topic is menikah harus dengan yang cintanya setara, sefrekuensi, dan sevisi-misi. Intinya sih gitu. So, am I ready to get married? My answer is that I haven't thought of it yet. :)
Komentar
Posting Komentar