Langsung ke konten utama

Pengalaman Menerbitkan Novel

 



Postingan ini tidak bermaksud untuk pamer, riya' atau sejenis lainnya. Postingan ini dibuat bermaksud untuk memberikan pengalaman yang pernah saya rasakan ketika menerbitkan novel. 😊

Sejak duduk di bangku SD, pada saat itu saya masih kelas 5 SD. Saya sering membaca cerpen atau cerbung smash dan cherrybelle yang diposting di catatan facebook. Bahkan ketika saya kelas 6 SD saya pernah menjadi salah satu admin fanspage smashblash sekaligus membuat cerita kalau tidak salah judulnya adalah “Love is You”.

Ketika SMP saya juga sering membaca novel-novel yang ada di website dan versi cetak. Selain itu, saya ingat kakak kelas saya waktu SMP yang bernama Teh Ayang, dia memberikan beberapa buku cerita Bobo, ia mengetahui jika saya suka membaca. Terimakasih Teh Ayang <3. Pada saat itu saya juga sering membaca fanfiction korea terutama pemeran utamanya Cho Kyuhyun. Saya juga pernah membuat cerita tentang fanfiction tapi hanya disimpan di draft catatan laptop. Karena saya tidak berani dan belum percaya diri untuk mempostingnya.

Menginjak usia SMA saya sekolah sekaligus di Pondok Pesantren. Saya yang berada di pesantren  juga semakin rajin meminjam buku teman-teman lainnya untuk dibaca, dan saya juga membeli beberapa buku novel. Hm, oh iya ketika SMA saya memilih jurusan Bahasa karena menyukai dunia tentang kebahasaan dan sastra. Di kelas Bahasa saya belajar sastra selain novel, seperti puisi dan lainnya. Jujurly, saya lebih suka membuat puisi daripada membacakan puisi di depan orang lain. Saya juga mulai membuat cerita novel yang saya tulis sendiri di buku tulis, karena di pondok tidak membawa laptop. Kemudian ada beberapa teman saya yang sudah membaca novel yang saya buat melalui buku tulis.

Pada tahun 2017 saya membuat akun di Wattpad lalu memulai membuat cerita novel yang berjudul “Dia, Cinta Halalku!”. Dari sana, saya mulai semakin rajin menulis dan bersemangat untuk melanjutkan perepisode cerita. Saya seringkali bertanya-tanya tentang percintaan kepada teman-teman saya yang sudah lihai dan memiliki hubungan yang sudah cukup lama menjalin kasih dengan seseorang lelaki. Karena sejujurnya saya payah dalam percintaan, haha. :D. Oleh karena itu, beberapa kisah yang saya tuliskan di cerita pertama saya kebanyakkan terinspirasi dari teman-teman saya yang di pesantren. Thank you, gais.. :P. Kalau tidak salah ingat, novel “Dia, Cinta Halalku!” itu selama 6 bulan saya menyelesaikan ceritanya.

Pada tahun 2018, di saat libur 3 bulan menuju kuliah. Saya membuat cerita baru yang berjudul “Dalam Ruang Kalbu”, tetap di posting di Wattpad. Selama 3 bulan itu saya tidak ada kegiatan sehingga saya meluangkan ide dan pikiran saya melalui tulisan. Kalau ditanya siapa inspirasi yang ada ketika membuat ceritanya? Cerita ini murni tidak ada inspirasi dari percintaan teman-teman saya. Saya membuatnya seperti memainkan peran saja, seolah-olah saya sedang melihat sebuah drama korea yang berputar di dalam otak. Akhirnya tamat sebelum saya di OSPEK. 😊

Pertama Kali Menerbitkan Novel

Pertama kali menerbitkan novel. Hem, sebenernya saya sudah mengirimkan beberapa email ke penerbitan. Tapi, ditolak. Mungkin belum rezekinya. Suatu hari, saya dihubungi oleh Kak Farid --- guru menulis kreatif sekaligus yang punya Pustakakipress (penerbitan buku indie), ia menawarkan kerja sama kepada saya untuk menerbitkan buku yang berjudul “Dalam Ruang Kalbu”.  Pada bulan Februari 2019 saya menerbitkan sebuah novel cetak. Terimakasih Kak Farid dan Bu Ayi yang sudah memberikan pengalaman saya untuk menerbitkan novel 😊. Banyak hal yang saya pelajari ketika menerbitkan sebuah novel untuk pertama kalinya.

Kedua kalinya Menerbitkan Novel

Sebelumnya ada beberapa penerbitan yang mengkontak saya melalui pesan  untuk menerbitkan novel bahkan ada satu penerbitan yang menawarkan jika buku saya akan tersedia di toko buku di daerah Jogja karena penerbitannya dari Jogja, tapi saya belum bisa menerimanya karena pada saat itu saya sedang kuliah semester 3 dan mengikuti pertukaran mahasiswa di Bali, intinya saya mau memfokuskan diri untuk kuliah saja dulu. Di balik itu semua juga sebenarnya saya sudah menghubungi salah satu editor yang bekerja di aplikasi Dreame atau Innovel, rencananya saya ingin menerbitkan novel melalui online sekaligus dibayar melalui aplikasi tersebut. Aplikasi Dreame adalah aplikasi berbayar, yang saya ketahui juga penulisnya dibayar melalui uang dollar. Bukan rezekinya, saya ditolak. Yaa, tapi saya engga putus asa, saya berdoa kepada Allah untuk dipermudahkan dan diberi kelancaran untuk hajat saya yang satu ini.

Bulan April 2020 saya dichat oleh salah satu editor Dreame yang lain dan menawarkan kontrak kerja sama. Saya langsung setuju. Allah selalu membuat takdir yang tidak pernah terduga. Rencana Allah selalu terbaik. 😊

Terimakasih kepada Allah dan semua pihak semuanya. Pengalaman ini sangat berharga untuk saya yang masih pemula dan masih banyak kekurangannya. Untuk saat ini saya belum bisa melanjutkan beberapa cerita saya yang sudah lama tidak disentuh karena belum ada inspirasi dan beberapa waktu ini mood saya kurang baik, (alasan:D). Semoga nanti waktu saya bisa kembali menulis cerita, lagi. 😊


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat Cinta Untuk Calon Suami

Assalamualaikum, calon imam. Setahun yang lalu, tepat tanggal 1 November 2022 aku membuat tulisan yang berjudul ‘Dear, Future Husband’. Di tanggal yang sama namun tahun yang berbeda aku kembali menulis surat untuk kamu, yang akan menjadi imamku kelak. Kamu masih ingat, kan? Panggilan yang akan aku sebut padamu adalah Abang. Apa kabarnya Abang di sana? Setelah setahun aku membuat tulisan itu, ternyata kita masih belum Allah takdirkan untuk bertemu sekarang. Membuat diriku penasaran sekaligus bertanya-tanya dalam hati, “ Siapa yang akan menjadi imamku kelak ?”. Rasa penasaran itu semakin membesar, sehingga aku selalu bersholawat dan berdoa untuk kamu, semoga kamu selalu dalam keadaan baik dan Allah semakin cepat mempertemukan kita. Abang, selama setahun ini banyak sekali pengalaman yang telah aku lalui sebelum bersamamu. Aku bisa menyelesaikan sarjana di UPI. Seusai wisuda bulan Oktober, selama 2 bulan menganggur, aku merasa tekanan batin karena ada beberapa faktor yang tidak aka...

Bermuara

Di usia segini, banyak hal yang membuat berpikir lebih dalam. Masa depan terasa dekat, tetapi juga penuh dengan tanda tanya. Rasanya seperti berdiri di tepi pantai, melihat kapal yang siap berlayar, tapi masih ragu apakah benar ini waktu yang tepat untuk berangkat. Pertanyaan demi pertanyaan muncul di kepala. Apakah perjalanan ini akan berjalan lancar? Apakah ada badai di tengah laut? Apakah kapal ini cukup kuat untuk menghadapi ombak? Kekhawatiran datang silih berganti, membuat langkah terasa berat. Dalam hidup, keputusan besar sering kali datang tanpa aba-aba. Kadang, ada rasa takut jika memilih jalan yang salah. Namun, tidak ada yang bisa memastikan mana yang benar dan mana yang tidak, kecuali dengan mencoba. Karena itu, sejak awal, lebih banyak menggunakan logika. Bukan berarti hati tidak berperan, tetapi jika terlalu terbawa perasaan, perjalanan bisa menjadi tidak menentu. Logika membantu melihat segala kemungkinan dengan lebih jelas dan menyiapkan rencana cadangan jika sesu...

Apakah Pendidikan Tinggi bagi Perempuan untuk Menyaingi Laki-laki?

Pendidikan adalah hak setiap individu, tanpa memandang gender, dan merupakan sarana untuk mengembangkan potensi, memperluas wawasan, serta memperoleh keterampilan yang berguna dalam kehidupan. Dengan pendidikan, perempuan dapat lebih mandiri dalam berpikir dan bertindak, serta memiliki kepercayaan diri yang lebih besar dalam menghadapi berbagai tantangan. Pendidikan tinggi bagi perempuan bukanlah sarana untuk menyaingi laki-laki, melainkan untuk memberdayakan diri dan memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat. Dalam era modern, perempuan memiliki hak yang sama untuk mengembangkan potensi intelektualnya, menggali ilmu pengetahuan, serta meningkatkan kualitas hidupnya. Pendidikan bukan hanya tentang mendapatkan gelar, tetapi juga tentang memperluas wawasan, membangun karakter, dan meningkatkan kemampuan dalam berbagai aspek kehidupan. Perempuan yang berpendidikan tinggi memiliki kesempatan lebih besar untuk mengambil keputusan yang bijak dalam kehidupan pribadi, keluarga, ...